Senin, 30 Desember 2013

Behind The Mask Chapter 3 "Hello"



Hello

Sulli memegangi pundaknya. Aah sudah tidak terasa lagi perih, i am really a fighter batin Sulli. Guru-guru sedang rapat, dan murid-murid dibiarkan terbengkalai dan dihadapkan dengan tumpukan tugas yang harus dikumpulkan sekarang. Yah beginilah, mereka selalu beralasan ini sekolah international dengan grade yang bagus. Jadi tidak ada yang namanya PULANG AWAL, LIBUR hanya LIBUR wajib saja. Terkadang malah harus ada jam tambahan untuk mengisi liburan.

Hari ini kelas yang diikuti Sulli adalah kelas sejarah. Dan gurunya menyuruh para muridnya untuk menceritakan lengkap tentang manusia purba. Sulli mendesah, gila aja ini bakal ngabisin 2 lembar folio. Sulli mengambil barang-barang yang ia perlukan untuk mengerjakan tugas. Ia lebih memilih mengerjakan tugas di taman, tempat favoritnya. Ia keluar dari kelas begitu saja, toh  nggak ada yang peduli dengannya.

Setelah memesan orange juice kesukaannya, Sulli langsung menuju taman sekolah. Taman ini begitu istimewa, tenang hanya terdengar kicauan burung dan juga angin sejuk yang menghembus. Sulli mulai menulis, tidak butuh buku karena dia sudah membaca semua buku sejarah dan ia sangat ingat setiap detail buku, bahkan tiap kata khusus ia hafal setiap halamannya.

“Enaaaknyaa,”

Suara itu bikin Sulli ndongak, si penganggu Minho dateng ke sini. Kenapa dia bisa ke sini? Dan ketika Minho kesini suasana menjadi suram. Dasar tidak tahu sopan santun, datang-datang nyeruput minuman orang seenakudelnya.

“Ya, mwohaningoya?” bentak Sulli sambil ngambil jus jeruk yang Minho minum.

Minho tersenyum jahil. Sulli berbicara sambil menggerakkan tangannya untuk mengusir Minho. “Pergi sana, nganggu orang tenang aja.”

“Ih dasar lo kira sekolah ini punya nenek moyang lo?!” Minho jadi sewot.

Sulli menjulurkan lidahnya dan mempercepat menulis agar ia bisa cepat selesai mengerjakan tugas dan tidak ketemu manusia aneh ini.

“Aku nyontek tugasnya dong.” Ucap Minho sambil melihat pekerjaan Sulli

“Enak aja, mikir dong.” Jawab Sulli tanpa melihat ke arah Minho.

Minho memikirkan cara agar Sulli mau menyonteki dia. Ting! Sebuah ide muncul di kepala Minho. minho menggelitiki Sulli.

“Ya... Kumane..” ucap Sulli disela-sela tawanya karena geli digelitiki Minho.

“Aku bakal terus menggelitikimu kalau nggak mau nyontekin.”

Sulli menyerah, cowok ini benar-benar menyebalkan. Dengan enggan Sulli menyerahkan kertas tugasnya kepada Minho dan menyuruh cowok itu untuk menulis secepatnya. Tapi yang disuruh tidak menjalankan perintah dengan baik, ia menulis sangat lamban dengan alasan tulisannya bakal jelek. Minho tidak berbohong tulisannya memang jelek dan dia tahu kalau guru sejarah mereka Kwanghee tidak menyukai tulisan yang seperti ceker ayam misal tulisan Minho. sulli hanya bertopang dagu sambil memasang wajah kesal. Angin sepoi-sepoi yang berhembus di taman itu membuat Sulli mengantuk.

Sulli terus mencoba menahan kantuknya sampai beberapa kali ia jatuh dari topangan tangannya sendiri. Sekeras apapun Sulli melawan matanya sudah berat sekali, ia meletakkan kepalanya di meja dan tertidur pulas. Minho tidak menyadari itu karena ia sedang fokus menulis tugasnya. Setelah selesai ia baru tersadar kalau Sulli tertidur. Minho memandangi Sulli yang sedang tertidur pulas.

Minho melepaskan kacamata yang selalu menghiasi mata Sulli. Dia terlihat cantik sekali. Minho tersenyum kemudian mendorong tangan Sulli.

“Ya bangun, tidur mulu.” Sulli terbangun dari tidurnya dan langsung mengambil kacamata yang terletak di meja.

“Abis lo nulisnya lama banget sih.” Ucap Sulli sambil menata rambutnya yang berantakan.

“Gue cabut duluan ya cup, makasih lho orange juice sama contekannya.”  Sulli tidak memperdulikan Minho. “Udah pergi dah lo tik,”

“Eeh ni anak aku terimakasih malah jawabnya gitu. Cupu lo,”

“Tiang listrik lo.” Sulli menjulurkan lidahnya. Minho yang sudah berdiri hanya menampakkan ekspresi kesal.


***Minho POV***

Setelah meninggalkan Sulli, Minho hendak berjalan menuju kelas. Tapi langkahnya terhenti melihat seorang cowok yang sedang berjalan bingung. Minho berjalan mendekat.

“Jong in?” cowok yang sedang kebingungan itu menoleh dengan ekspresi O_o. “Minho?” minho langsung menyalami Kai ala cowok kalo lagi ketemu.

“Weh bro pindah sekolah lo?”

“Eng, as you see. Pengen dong sekolah di sekolah elite.”

Minho meringis. Kai itu dulunya satu geng motor dengan Minho. tapi sejak geng motor itu bubar, Minho dan Kai jarang bertemu. Kai itu mantannya Suzy, Minho juga mengetahui itu tapi ia tidak ambil pusing, baginya masa lalu ya masa lalu. Tapi dari antah berantah Suzy datang dan memeluk Minho.

“Chagi, ternyata kau disini aku mencarimu dari tadi.” Ucap Suzy sambil memonyongkan bibirnya. Sebelum Minho sempat menjawab pandangan Suzy sudah beralih ke cowok yang sedang hadap-hadapan dengan Minho.

“Kim... Jong.. In,” panggilnya lirih.

“Eoh annyeong Suzy masih mengingatku?” Kai tersenyum.

Suzy hanya memandangi Kai dengan tatapan awkward dan terbujur kaku.

“Ciye yang masih ingat mantan.” Goda Minho sambil menjawil dagu Suzy. “Ani, aku Cuma kaget dia disini. Kamu pindah sekolah?” Kai hanya mengangguk. Semua cewek yang ada di kelas mengintip keluar begitu juga yang ada di luar semua pandangan tertuju pada Kai. Karismanya sudah mampu menggoda cewek-cewek disini. Merasa diperhatikan Kai hanya melempar senyum kepada para cewek-cewek.

Seketika mereka pada “Ah, dia tersenyum padaku.”

“Wah jong in sepertinya lo akan jadi the next most wanted boy disini dong.” Ucap Minho memecah keheningan. Suzy masih memegang erat tangan Minho.

“Alah aku selalu nomor 2, lo itu yang jadi nomer satu mulu.” Minho tersenyum kecil.

“Gue cabut dulu ke kantor guru ya bro.” Pamit Kai sambil menepuk pundak Minho. “Suzy, aku pergi dulu ya.”

Suzy terbangun dari lamunanya. “Eoh, emm.”


***Kai POV***

Finally, aku berada disini. Kai berjalan menuju ke kantor guru. Langkahnya terhenti ketika ia berpapasan dengan gadis cupu yang memakai seragam seperti karung karena ukurannya besar banget, tinggi, putih, rambutnya dikepang dan memakai kacamata tebal. Kai tersenyum kepada cewek itu, tapi cewek itu hanya membungkuk ke arah Kai.

Cewek ini aneh banget, biasanya semua cewek bakal tersenyum juga jika ia tersenyum. Tapi dia malah langsung menghindar. Kai jadi penasaran siapa cewek itu.


***Sulli POV***


Begitu bel sekolah berbunyi, Sulli langsung meninggalkan kelas secepatnya dan jangan sampai bertemu siapapun. Saat ia sudah berada di luar sekolah, Sulli merasakan sesuatu sedang mengikutinya. Ia mencoba berbalik badan tidak ada siapapun, tapi ia bisa merasakan seseorang sedang memegang pundaknya dan ia mendengar jelas sekali orang tak tampak itu berbisik.

“Hati-hati.”


Sabtu, 14 Desember 2013

BLOOD



Behind The Mask

Chapter 2

BLOOD











***Sulli POV

Mungkin bagi kalian yang seneng nonton film Superman, Batman, Spiderman, Wonderwoman, cat woman, semuanya yang serba man-man itu terlihat hebat banget. Bisa nyelamatin banyak orang, punya kekuatan super. Clark kent misalnya bisa ngelihat tembus pandang, Spiderman bisa seperti laba-laba manjat dinding dengan tangan telanjang. Tapi kalian bakal berfikir 2 kali jika kalian benar-benar memiliki kemampuan itu.

Sebenarnya enak memiliki kemampuan super hero. Bisa nolongin orang, tapi kalian tau nggak kalo sebenarnya itu siksaan. Aku misalnya. Aku tidak tau dari mana kekuatanku berasal, aku terlalu banyak memiliki kekuatan. Aku seorang mind reader, aku mampu membaca pikiran orang hanya dengan menyentuh tangannya. Melihat apa yang sedang dipikirkan seseorang layaknya aku menonton bioskop.

Aku memiliki kemampuan fotografis.  Aku bisa mengingat sesuatu dan parahnya tidak akan pernah bisa melupakannya. Sebenarnya pemikiran setiap orang itu seperti lembaran foto yang tertumpuk. Hanya saja kadang tumpukan itu tidak bisa digali lagi, dan menyebabkan orang itu berkata LUPA. Kemampuan fotografis ini lah yang menyebabkan aku terus menjadi juara kelas tanpa harus belajar.

Bukannya aku harusnya bangga? Tidak. Sejak aku memasuki sebuah organisasi rahasia di Korea bernama “Hunter” aku terpaksa menutupi identitasku sebenarnya. Organisasi ini mengatasi penjahat-penjahat misterius yang sekarang ini sedang menjadi top news di Korea. Dulu aku pernah berhadapan dengan seseorang bernama Jin Hyun. Dia memiliki julukan The Pain Sender, sebenarnya ia tampan tapi ia adalah orang yang tidak punya hati nurani.

Ia membunuh siapapun yang menjadi saingannya. Mungkin ia tidak secara brutal membunuhnya, tapi dengan meminum darahnya sendiri ia mampu membuat orang yang ia pegang terjangkit penyakit aneh dan hanya dalam hitungan menit. Dan aku adalah mangsa baginya. Aku memiliki suatu kelemahan yang bernamakan Pain Touche. Aku bisa merasakan penyakit orang lain. Apalagi jika sampai aku bersentuhan lama dengan mereka, mataku berubah menjadi merah dan tidak tau darimana hidungku dan mulutku mengeluarkan darah.

Sejak aku memasuki organisasi “Hunter” aku mengubah ID Cardku. Namaku sebenarnya adalah Choi Jinri tapi di dunia nyata aku dipanggil Sulli. Aku mengubah penampilanku menjadi super cupu, agar tidak ada penjahat yang bisa mengenaliku. Dan its work.

Aku bersekolah di Asia Pasific International School melalui beasiswa. Sekolah ini begitu megah, gerbang otomatis, absen otomatis dan ketika di kantin kita harus memakai student card. Tapi yang aku tidak suka dari sekolah ini adalah seorang cewek yang merasa dia adalah ratu di sekolah ini, dia Bae Suzy. Wanita yang meneriakki karyawan hanya gara-gara sepatu yang ingin ia beli sudah aku beli.

Tsk, ia berjalan bak ratu. Semua mata lelaki tertuju padanya. Kuakui dia cantik, tapi dia termasuk siswa yang bodoh. Ia jarang belajar, di kelas kerjaannya hanya dandan. Tugas pun tidak pernah membuat dan selalu maksa kacung-kacungnya untuk membuatkan tugasnya. Bukannya wanita itu cantik dari dalam hatinya. Bukan aku iri dengannya, tapi penilaian seorang cewek dan cowok itu beda. Cowok memandang cewek karena paras dan bodynya. Sementara cewek memandang cewek melalui tatapannya dan tingkah lakunya. Suzy isnt my favorite. Hari ini adalah kelas matematika, dan guruku bernama Eunhyuk seonsaengnim dan sumpah dia itu orangnya boring pake banget.

“Jadi anak-anak sekarang kita akan mempelajari bab Integral. Contoh misalnya f(x) = 2x + 1 jika diintegralkan maka hasilnya adalah x2+c..”

Seboring apapun aku masih punya hati nurani untuk merhatiin. Kasihan juga kan, toh kita sekolah untuk memperhatikan guru, maksudku bukan gurunya tapi pelajaran yang diampu. Sulli mulai mencatat apa yang dicatat Eunhyuk di papan tulis. Sementara itu di lain sisi Suzy sedang dengan asyiknya memandangi kaca kecil yang ia bawa sambil ketawa-ketiwi. Suara ketawa Suzy membuat Sulli terganggu. Bisa nggak sih cewek ini diam. Kalo bukan karena Sulli ingin menutupi identitasnya mungkin sudah ia gampar si  Suzy ini.

Teng-teng-teng. Bel pelajaran selesai, saatnya istirahat. Sulli memilih untuk memakan bekalnya di kantin sambil membawa buku Biologi. Ia memilih duduk di kursi paling pojok dan tidak ada satupun orang yang mau menghuninya.

“Hello, Everybody.” Teriak Suzy

Huh cewek itu kenapa sih selalu aja teriak-teriak, cari perhatian. Ketika Suzy mengetahui singgasana (tempat duduk di kantin maksudnya) nya diduduki oleh orang lain mulailah dia menjadi drama queen. Suzy mulai berkacak pinggang dan menatap cewek itu dengan muka kejam.

“Hello, tau nggak ini tempat duduk gue.”

Cewek yang diajak omong Suzy hanya diam dan menunduk

“Bisa nggak minggir,”

“Tapi,”

“Tapi apa? Denger ya kalian semua gue ini Queen Suzy. Kalian tau kan semua cowok bakal klepek-klepek sama gue. Kalo kalian para kaum hawa berani ngelawan, mau jomblo seumur hidup karena cowok kalian gue embat?”

Cewek itu akhirnya pergi dari tempat duduk yang dipinginin Suzy. Melihat pemandangan itu Sulli jadi tidak nafsu makan di kantin. Ia memilih pergi ke taman sekolah yang luas dan sejuk itu. Sulli duduk di bangku dan merasakan angin yang menerpa wajahnya. Ah sejuk sekali. Sulli kembali membaca saat seseorang mengagetkannya.

“Hai,” sapa suara namja itu. Sulli menurunkan buku yang sedang di bacanya. Ah ternyata Minho, kenapa sih dia terus saja menganggu Sulli padahal Sulli suka kesendirian.

“Minggir minggir.” Usir Sulli

“Lhah kenapa suruh minggir? Lo kira ni taman punya nenek moyang lo?” Minho jadi sewot.

“Terus kenapa kalo iya? Terus kalo bukan kenapa?” ucap Sulli ganti lebih sewot. Minho memicingkan mulutnya sambil ngomong ga jelas.

“Dasar songong, gue panggil cupu aja lo.”

“Silahkan, gue ga tersinggung.” Ucap Sulli sambil membaca bukunya lagi.

“Yaudah cup sana minggir,” oh sial dia beneran manggil Sulli cupu. Sulli memutuskan untuk memanggil minho tiang listrik karena dia tinggi dan kulitnya kecoklatan.

“Lo tik yang minggir, kan gue yang dateng duluan.”

“Apaan tik? Nama gue Minho tau.”

“Gue mau panggil lo tik kok, tiang listrik.” Minho memutarkan matanya sambil memanyunkan mulutnya.

“Yaudah gue cabut aja disini malah berantem terus sama lo cup. Jangan kangen sama gue ya.”

“Idih, amit-amit.” Ucap Sulli yang menjulurkan lidahnya kepada Minho yang menyunggingkan senyum mempesona yang seharusnya bisa membuat melting cewek-cewek dan sayangnya tidak mempan bagi Sulli.

***malam hari

Saat di sekolah kalian bisa membayangkan Sulli jadi cupu. Tapi ketika dia sudah harus menjalankan pekerjaannya tak ada seorangpun yang akan menganggapnya cupu. Sulli hendak pergi ke kantor “Hunter” karena dia tidak memiliki pekerjaan di rumah dengan memakai pakaian serba hitam dan mengenakkan topeng. Ia mengendarai motor ninja CBR (Bayangin kerennya Sulli jadi genk motor). Dengan laju tinggi ia mengendarai motornya.

Sesampainya disana, kantor sepi. Iya hari ini tidak ada jadwal berkumpul tapi kemana satpam itu pergi? Biasanya ia selalu jaga di pos, tapi kok kosong. Sulli memasuki ruangan Hangout Hunter. Sepi sekali. Sulli keluar dari ruang utama menuju gudang, ia masih bertanya-tanya di mana satpam itu. Dan saat Sulli melewati gudang ia mendengar rintihan. Ia membuka pintu itu, ya tuhan gelap sekali. Sulli mencoba menyalakan tombol lampu tapi tidak menyala.

Ia melihat satpam yang biasa berjaga bernama Yong Hyun tergeletak seperti orang sekarat. Ia kejang-kejang. Sulli mendekati satpam itu, matanya merah. Pisau tajam menancap di pundak dan kepalanya. Siapa pelakunya? Sulli menelfon Hyun Woo meminta bantuan karena Sulli tidak berani memegang seseorang yang tersakiti, ia bisa lemah seketika.

“Oppa,”

“Mwo Ssul?”

“Tolong cepat datang ke kantor, Yong Hyun ajusshi. Ia dibunuh.”

Hyun Woo langsung mematikann ponselnya dan menuju ke kantor. Saat Sulli hanya bisa memandangi satpam itu, ia tak sadar seseorang ada di belakangnya. Tapi saat ia merasa sesuatu akan menjatuhinya, Sulli menoleh ke belakang. Seseorang dengan topeng hitam dan hanya terlihat matanya membawa pisau. Ia mengarahkan pisau itu ke arah Sulli tapi dengan sigap Sulli mengelak. Sepertinya dia bukan musuh berbahaya bisa dilihat dari gerkannya yang gegabah. Penjahat itu terus menyerang Sulli.

Sulli memasang kuda-kuda, saat penjahat itu lengah ia menendang lututnya sampai ia membungkuk. Sulli menendang lagi tangannya yang memegang pisau. Pisau itu terpental, penjahat itu mendorong Sulli begitu kuat lalu mengambil pisau itu. Dan saat ia mengambil pisau, Sulli meninju kasar mukanya dan mengarahkan tendangan ke mukanya.

Penjahat itu menyiratkan mata kemarahan, ia dengan sigap mengarahkan pisaunya ke pundak Sulli, jadilah jaketnya robek dan keluar darah. Sulli merasa kesakitan, tapi ia mencoba menahannya. Mencakar tangan si penjahat dan mengambil alih pisau. Saat perkelahian itu berlangsung sengit, pintu terbuka. Hyun Woo datang. Penjahat itu kebingungan ia berlari begitu melihat Hyun Woo dengan tatapan serigalanya. Hyun Woo menelantangkan kakinya untuk menjegal penjahat itu.

Ternyata Hyun Woo datang sambil membawa teman-teman lain dari geng “Hunter”. Seketika mereka membawa penjahat itu keluar. Hyun Woo langsung lari ke arah Sulli.

“Sulli, gwaenchana?” belum sempat menjawab Hyun Woo melihat pundak Sulli yang berdarah itu. “Kau terluka, sudah ku bilang berapa kali kalau kau ke sini kau harus menelfonku terlebih dahulu.”

Sulli tersenyum “Mianhae, aku tidak akan mati hanya gara-gara darah dari pundakku kan. Yong Hyun Ajusshi, dia butuh bantuan.”

Hyun Woo teringat, ia melihat satpam itu sudah terbujur kaku. Oh dia mengerikan sekali pisau itu begitu tajam sampai bisa menembus pundak dan kepalanya. Ia mengangkat satpam yang terbujur kaku itu, sementara Sulli mengikutinya keluar. Hyun Woo menekan beberapa tombol beigtu sampai di depan gerbang. Kantor bertuliskan “Hunter” itu tiba-tiba berubah rata dengan tanah. Hyun Woo menyerahkan satpam itu kepada temannya yang tadi membawa penjahat itu.

“Bawalah dia ke rumah sakit untuk di otposi. Dan atasi penjahat itu, interogasi dia.”

Hyun Woo mengambil sesuatu dari mobilnya, sebuah alat P3K.

“Duduklah di sini.” Hyun Woo mengobati luka Sulli. Ia membalut bahu Sulli dengan perban. Hyun Woo adalah satu-satu orang selain mama Sulli yang perhatian dengannya. “Oppa gomawo.”

“Kau berhentilah membuatku khawatir, arasso? Jika kau ingin pergi kemanapun dan tidak ada teman aku akan selalu ada untukmu.”

Sulli tersenyum, bagaimanapun ia bersyukur memiliki Hyun Woo sebagai Oppa nya.

***Di sekolah

Hari ini Suzy ijin tidak berangkat karena harus mengikuti sebuah lomba modelling. Sementara itu Minho yang kesepian menunggu seseorang bertampang cupu. Entah kenapa Minho ingin sekali menganggunya. Ia sudah melendetkan diri di dinding selama 20 menit. Dan barulah Sulli muncul dengan muka bete melihat Minho.

“Pagi Cup.” Sapa Minho. tapi Sulli mengabaikannya dan ia menyentuh pundak Sulli yang terluka.

“Ouch,” rintih Sulli. Minho bisa merasakan sebuah perban membalut bahunya.

“Kamu kenapa Cup? Habis ketimpuk apa kok sampai di perban gitu?”

“Mimpi buruk, karena gue mimpiin elo jadinya gue kaya gini.”

“Eh ciye mimpiin gue.” Goda Minho sambil menyentuh dagu Sulli yang kemudian diusap Sulli. “Biasanya cewek pada seneng lhoh mimpiin gue.”

“Tapi gue nggak tuh,”

“Berarti lo nggak normal.”

“Biar aja nggak normal, lo kenapa sih tik pagi-pagi di depan kelas bukannya masuk. Jangan-jangan lo kangen gue ya? Atau lo suka sama gue ya?” sekarang ganti Sulli yang menggoda.

“Idiih, ga banget. Eh denger ya cup kalo sampe gue suka sama lo, gue bakalan lari-lari sambil pake boxer bergambar hati di Han River.”

“Eh lo kalo ngomong ati-ati tik, ntar kejadian bener.” Minho menyunggingkan senyum dan mengibaskan tangan kanan di depan mukanya. “Alah yang ada ntar lu yang kesengsem sama gue.”




Terimakasih buat para readers <3. Terus baca dan share ya, oh ya yang menunggu KAI besok dia ada di Chapter 3


Sabtu, 07 Desember 2013

Behind The Mask Chapter 1 "THE INVISIBLE GIRL"

BEHIND THE MASK

CHAPTER 1

“Invisible Girl”




***Minho POV***


Kenapa selalu begini. Tiap aku masuk sekolah, semua cewek di sekolahku pasti teriak-teriakin namaku. Sumpah itu annoying banget. Tapi harus gimana lagi, aku orangnya itu suka nggak enakan. Jadi aku terpaksa tersenyum kepada mereka semua. Kalian tau nggak, garing banget nih mulutku. Dan satu lagi ada cewek genit dan tingginya Cuma sebahu aku. Dengan muka genit nyamperin aku sambil bawa kotak coklat yang kayanya mahal.

“Oppa, ini buatmu.” Ucap gadis pendek itu malu-malu.

Saat aku hendak mengulurkan tanganku untuk menerimanya. Seseorang berdehem

“Ehm, eh lo ga tau dia pacar siapa? Perlu kenalan sama Queen Suzy?” ucap Suzy sambil melipatkan tangan di depan dadanya.

Gadis itu menarik coklatnya kembali. Ia berjalan mundur. Aku yang malu langsung menarik tangan Suzy. Oh ya bagi kalian yang belum tau. Suzy adalah pacar aku. Kita baru aja jadian, emm sekitar 4 bulan. Mungkin dari percakapan tadi, menurut kalian Suzy adalah cewek yang sinis dan kasar. Yah everybody have a dark sidekan. Tapi aku mencintai Suzy dengan seluruh hatiku *elaaah

Suzy itu the most wanted girl disini. Siapa sih yang ga mau pacaran sama dia? Mata kucing, senyumannya manis, bodynya yahud. Pasti deh semua cowok klepek-klepek. Meski sainganku diluar sana banyak, tapi untungnya Suzy setia ama gue. Back to story

“Suzy, sudahlah nggak perlu marah-marah terus. Nggak guna,” ucapku selembut mungkin.

“Terus mau lo gimana? Gue mesti sabar terus gitu ngeliatin lo dideketin cewek lain.”

“Ih kalo marah lucu banget, bibirnya manyun gitu.” Dan akhirnya Suzy bisa senyum juga. Aku memegang tangan Suzy.

“Chagiya denger ya, berapapun jumlah cewek di dunia ini. Meskipun aku kelihatan care sama mereka, aku Cuma sayang sama kamu.” Ucapku tulus.

Suzy tersenyum. “Geurae, Chagiya nanti antar aku ke mall ya. Ada koleksi baju dan sepatu baru nih.”

Aku hanya mengangguk.

***

Selesai ngobrol dengan Suzy. Aku masuk ke kelasku yang ternyata masih sepi. Yaah ini kelas Sejarah ga banyak yang suka sejarah karena mereka bilang ini pelajaran membosankan. Bahkan pernah fangirlku yang berjumlah ratusan ngikutin kelas ini dan hanya dalam 1 hari mereka mati bosan hahaha. Aku menikmati kesendirianku di kelas, saat gadis cupu memasuki kelas. Sumpah deh dia cupu banget, roknya panjang melebihi lutut. Bajunya kebesaran, kacamatanya tebel, kaos kakinya panjang, dan ampun itu sepatu kusut banget. Bajunya dimasukin dan kelihatan ikat pinggangnya yang besar. Serta jam secondhand yang besar banget di tangannya yang kecil. emang dia nggak ngerti fashion apa.

Asian Pasific International School dikenal bukan karena hanya biayanya yang mahal. Tapi fashion para muridnnya yang hebring juga sering jadi trending. Tapi cewek satu ini sumpah deh ya tuhan kenapa lo cupu banget sih. Dia ngeluarin buku sejarahnya yang tebel-tebel. Kayanya buku itu ga bergambar. Meski aku seorang pencinta sejarah tapi aku ga segitunya juga. Aku coba menarik perhatian cewek super cupu itu.

Aku sobek kertas buku sejarahku selembar. Aku remet-remet lalu aku lemparin ke arah cewek cupu itu. Tapi dia nggak nanggepin, dia ngambil kertas yang aku sobek, kemudian berjalan seperti robot menuju tempat sampah dan kembali ke tempat duduknya melanjutkan kegiatannya tadi. Ini cewek mati rasa atau emang nggak punya indera perasa, karena aku penasaran aku deketin cewek cupu itu dan duduk di depannya.

“Hai!” sapaku begitu duduk di depannya. OMG! Dia putih banget, aku berasa seperti kopi yang berenang di atas lautan susu. Dia hanya memandangku dengan tatapan blank. Dia itu manusia atau bener-bener robot sih.

“Kamu murid baru ya? Siapa namamu?” tapi dia nggak jawab.

“Namamu siapa?” tanyaku lagi.

Cewek cupu itu melepas name tag nya dari seragam. 최설리, jadi namanya Sulli. Eh bentar kayanya aku pernah denger nama ini deh. Dimana ya? Koran? Tivi? Radio? Merek roti? Yah jadi ngawur. Aku berfikir keras. Ting!

“Eh kamu ternyata Sulli yang peringkat 1 paralel itu ya?”  tanyaku. Dia hanya mengangguk dan terus menatap bukunya. Demi tuhan cewek ini udah cupu, dingin, hawanya misterius lagi.

“Kenalin namaku Minho. bolehkan kita jadi temen?” ucapku sambil mengulurkan tangan. Tapi dia tidak mengulurka tangannya, aku akhirnya menarik tanganku lagi.

“Sombong banget sih.” Ucapku frontal

Dan akhirnya dia ngomong “Aku disini bukan mau nyari temen. Aku disini mau belajar dan dapet nilai bagus. Sori”

***Di Mall bareng Suzy

Sumpah capek banget dari tadi ngikutin pacar gue yang fashionmania. Naik turun escalator, ngelilingin Mall segini gede. Mana belanjaannya setumpuk lagi. Untung dia pacar gue.

“Chagi, kita ke toko sepatu yuk. Aku tadi lihat sepatu sneakers buat sekolah bagus belii yuuk.” Pinta Suzy sambil melakukan aegyo.

“Iya-iya ayuuk.”

Surga nya cewek ini pasti. Sepatu warna-warni tersususn rapi di atas rak. Sambil menunggu Suzy berenang ria di dunianya. Aku juga ikutan nonton-nonton sepatu cewek. Dan saat aku tiba di rak sepatu yang warnanya serba hitam aku teringat cewek cupu yang cupunya kebangetan itu. Siapa sih namanya tadi Choi.. Choi.. Choi siapa ya? Ah iya Choi Sulli. Padahal Sulli kan artinya bunga, tapi dia lebih kaya duri kusam gitu deh.

Aku jadi inget sepatu bututnya. Ya tuhan sepatu itu udah kaya setahun gak dicuci. Butut banget, apa mungkin dia anak orang biasa ya? Jadi dia harus ngirit dan nggak bisa beli sepatu. Kasihan. Ah kenapa aku jadi mikirin dia sih? Emang dia siapa gue? Kenal aja baru tadi, mana orangnya dingin banget pula. Elaah

“BAGAIMANA BISA UDAH SOLD?!” teriakan Suzy mengalihkan perhatianku. Ooh something bad happen here

“Maaf kak, tapi moto kami siapa cepat dia dapat.”


“Ya lo tau nggak kalo aku udah ngincar sepatu itu sejak kemaren. Coba lo diposisi gue, mau marah nggak? Panggil Manager lo! Cariin gue sepatu itu sekarang juga.”

Karyawan itu hanya diam saja. Ia sepertinya malu sekali. Haduh Suzy kenapa pake keributan segala sih. Malu-malu in banget. Tiba-tiba dari pintu masuk, gadis tak fashionable datang sambil membawa tas belanjanya.

“Kau mau sepatu ini?” ucap gadis itu kepada Suzy.

“YA!”

“Ambillah, dan berhenti berteriak.” Ucapnya lalu meninggalkan Suzy.

Suzy hanya terdiam kaku melihat gadis itu. Mungkin dia seram melihat penampilannya yang cupu. Eits tunggu, sepertinya aku kenal dengan gadis cupu tadi. Ah pasti dia Sulli, tapi jika ia berasal dari keluarga biasa bagaimana bisa dia membeli sepatu mahal ini.

“Chagiya, sebentar ya aku mau ke toilet.”

Sebenarnya aku tidak ke toilet, tapi aku menghampiri Sulli. Siapa sih dia sebenarnya? Mistis banget.

“Ya, Choi Sulli.” Teriakku.

Dia berhenti berjalan.

“Kamu baru saja membeli sepatu itu?” Sulli hanya mengangguk.

“Darimana kamu dapat uang itu? Kau anak orang kaya ya? Em tapi kok..”

“Aku bukan anak orang kaya. Aku menabung untuk membeli sepatu, dan aku bising mendengar wanita berteriak tidak sopan di depan karyawan.”

“Ya, kenapa kamu mengatai pacarku tidak sopan!”

“Oh jadi cewek bising itu pacarmu. Cocoklah sama-sama bising.” Dan belum sempat aku menjawab Sulli sudah berjalan cepat dan tak berhenti meski aku memanggil namanya.

***Sulli POV

Aku baru saja membeli sepatu sneakers yang hanya dikeluarkan 1pasang saja. Sepatu itu begitu menarik hati dan aku langsung membelinya. Dan disaat aku berada di luar sambil membaca buku “The Davinci Code” seorang cewek sedang meneriakki karyawan disitu. Dasar tidak tahu malu. Dia memarah-marahinya hanya gara-gara sepatu yang aku beli. Aku merasa kasihan dengan karyawan itu, aku buru-buru ganti baju dan memakai kacamataku lalu aku memberikan sepatu yang baru saja aku beli kepada cewek bising itu.

Cewek itu terdiam kaku melihatku. Bukan karena takut, tapi lebih karena merendahkan. Dia menganggap aku cewek “yang-ewh-banget”. Ketika aku berjalan keluar, seorang cowok memanggilku, oh itu Choi Minho yang tadi pagi mengangguku. Dan langsung menghujaniku dengan pertanyaan tidak penting.

“Kamu baru saja membeli sepatu itu?” tanyanya penasaran.

“Darimana kamu dapat uang itu? Kau anak orang kaya ya? Em tapi kok..”

“Aku bukan anak orang kaya. Aku menabung untuk membeli sepatu, dan aku bising mendengar wanita berteriak tidak sopan di depan karyawan.”

“Ya, kenapa kamu mengatai pacarku tidak sopan!”

“Oh jadi cewek bising itu pacarmu. Cocoklah sama-sama bising.”

Aku tidak suka berdebat apalagi di muka umum. Aku langsung meninggalkannya meski aku dipanggil berkali-kali olehnya. Ya tuhan kenapa masih ada aja orang yang berarguemen tentang masalah yang tidak penting.

“Psst..”

Aku mencari-cari arah suara itu. Dan tiba-tiba sebuah tangan besar menutupi mataku. Dengan refleks aku menginjaknya dengan keras.

“Aww..”

“Oppa, ternyata itu kau.” Ucapku begitu melihat Hyun Woo Oppa.

“Sepatuku baru tau.”

“Mianhae,” aku meminta maaf kepada Hyun Woo Oppa.

“Oppa bagaimana bisa tahu ini aku?” aku bertanya penasaran, aku sudah dandan total untuk menjadi cupu.

Hyun Woo nyengir, “Gimana aku nggak hafal sama kamu ssul. Kita sudah dekat selama 3 tahun. Dan penyamaranmu itu kurang ngena deh. Kamu dandan cupu gitu aja jalanmu anggun banget, kelihatan kaya putri bangsawan.”

Pfft. Mau gimana lagi kalo dari kecil emang aku jalannya udah disetting kaya gitu.

“Oh ya oppa, sebenarnya ada apa Oppa ke sini?” Hyun Woo Oppa mengambil sesuatu dari kantongnya dan menunjukkan sebuah foto mayat.

“Dia beraksi lagi.”

“Sebenarnya apa motif dia sih?”

“Kita ssul.”

“Kenapa kita?”

“Kau tau organisasi kita diisi orang-orang kuat. Tidak pernah ada yang menandingi kita, kita telah membekku banyak penjahat dan koruptor. Apalagi kamu, kamu idaman para pria dari organisasi lain, tapi dibalik kecantikanmu, kamu menyimpan kekuatan yang tidak ada tandingannya yang justru kadang membahayakan dirimu. Dan aku curiga penjahat ini ingin menyakitimu.”

“Jika begitu kenapa dia harus membunuh orang lain?”

“Dia itu haus darah, semakin banyak yang ia bunuh semakin kuat ia nantinya. Dan hati-hati dia bisa membahayakan orang-orang sepertimu yang memiliki kemampuan pain touche.” Hyun Woo Oppa memegang tanganku dan meletakkan tanganku di pahanya.

“Satu-satunya orang yang bisa melindungimu adalah The Healer. Tapi di generasi ini, belum satupun yang mewarisi itu. Jadi..”

“I will the one who protect you.”