f(x) Sulli fanbase
Senin, 30 Juni 2014
Senin, 30 Desember 2013
Behind The Mask Chapter 3 "Hello"
Hello
Sulli memegangi pundaknya. Aah sudah tidak terasa lagi
perih, i am really a fighter batin
Sulli. Guru-guru sedang rapat, dan murid-murid dibiarkan terbengkalai dan
dihadapkan dengan tumpukan tugas yang harus dikumpulkan sekarang. Yah beginilah,
mereka selalu beralasan ini sekolah international dengan grade yang bagus. Jadi
tidak ada yang namanya PULANG AWAL, LIBUR hanya LIBUR wajib saja. Terkadang
malah harus ada jam tambahan untuk mengisi liburan.
Hari ini kelas yang diikuti Sulli adalah kelas sejarah. Dan
gurunya menyuruh para muridnya untuk menceritakan lengkap tentang manusia
purba. Sulli mendesah, gila aja ini bakal ngabisin 2 lembar folio. Sulli mengambil
barang-barang yang ia perlukan untuk mengerjakan tugas. Ia lebih memilih mengerjakan
tugas di taman, tempat favoritnya. Ia keluar dari kelas begitu saja, toh nggak ada yang peduli dengannya.
Setelah memesan orange juice kesukaannya, Sulli langsung
menuju taman sekolah. Taman ini begitu istimewa, tenang hanya terdengar kicauan
burung dan juga angin sejuk yang menghembus. Sulli mulai menulis, tidak butuh
buku karena dia sudah membaca semua buku sejarah dan ia sangat ingat setiap
detail buku, bahkan tiap kata khusus ia hafal setiap halamannya.
“Enaaaknyaa,”
Suara itu bikin Sulli ndongak, si penganggu Minho dateng ke
sini. Kenapa dia bisa ke sini? Dan ketika Minho kesini suasana menjadi suram.
Dasar tidak tahu sopan santun, datang-datang nyeruput minuman orang
seenakudelnya.
“Ya, mwohaningoya?” bentak Sulli sambil ngambil jus jeruk yang
Minho minum.
Minho tersenyum jahil. Sulli berbicara sambil menggerakkan
tangannya untuk mengusir Minho. “Pergi sana, nganggu orang tenang aja.”
“Ih dasar lo kira sekolah ini punya nenek moyang lo?!” Minho
jadi sewot.
Sulli menjulurkan lidahnya dan mempercepat menulis agar ia
bisa cepat selesai mengerjakan tugas dan tidak ketemu manusia aneh ini.
“Aku nyontek tugasnya dong.” Ucap Minho sambil melihat
pekerjaan Sulli
“Enak aja, mikir dong.” Jawab Sulli tanpa melihat ke arah
Minho.
Minho memikirkan cara agar Sulli mau menyonteki dia. Ting!
Sebuah ide muncul di kepala Minho. minho menggelitiki Sulli.
“Ya... Kumane..” ucap Sulli disela-sela tawanya karena geli
digelitiki Minho.
“Aku bakal terus menggelitikimu kalau nggak mau nyontekin.”
Sulli menyerah, cowok ini benar-benar menyebalkan. Dengan enggan
Sulli menyerahkan kertas tugasnya kepada Minho dan menyuruh cowok itu untuk
menulis secepatnya. Tapi yang disuruh tidak menjalankan perintah dengan baik,
ia menulis sangat lamban dengan alasan tulisannya bakal jelek. Minho tidak
berbohong tulisannya memang jelek dan dia tahu kalau guru sejarah mereka
Kwanghee tidak menyukai tulisan yang seperti ceker ayam misal tulisan Minho.
sulli hanya bertopang dagu sambil memasang wajah kesal. Angin sepoi-sepoi yang
berhembus di taman itu membuat Sulli mengantuk.
Sulli terus mencoba menahan kantuknya sampai beberapa kali
ia jatuh dari topangan tangannya sendiri. Sekeras apapun Sulli melawan matanya
sudah berat sekali, ia meletakkan kepalanya di meja dan tertidur pulas. Minho tidak
menyadari itu karena ia sedang fokus menulis tugasnya. Setelah selesai ia baru
tersadar kalau Sulli tertidur. Minho memandangi Sulli yang sedang tertidur
pulas.
Minho melepaskan kacamata yang selalu menghiasi mata Sulli. Dia
terlihat cantik sekali. Minho tersenyum kemudian mendorong tangan Sulli.
“Ya bangun, tidur mulu.” Sulli terbangun dari tidurnya dan
langsung mengambil kacamata yang terletak di meja.
“Abis lo nulisnya lama banget sih.” Ucap Sulli sambil menata
rambutnya yang berantakan.
“Gue cabut duluan ya cup, makasih lho orange juice sama
contekannya.” Sulli tidak memperdulikan
Minho. “Udah pergi dah lo tik,”
“Eeh ni anak aku terimakasih malah jawabnya gitu. Cupu lo,”
“Tiang listrik lo.” Sulli menjulurkan lidahnya. Minho yang
sudah berdiri hanya menampakkan ekspresi kesal.
***Minho POV***
Setelah meninggalkan Sulli, Minho hendak berjalan menuju
kelas. Tapi langkahnya terhenti melihat seorang cowok yang sedang berjalan
bingung. Minho berjalan mendekat.
“Jong in?” cowok yang sedang kebingungan itu menoleh dengan
ekspresi O_o. “Minho?” minho langsung menyalami Kai ala cowok kalo lagi ketemu.
“Weh bro pindah sekolah lo?”
“Eng, as you see. Pengen dong sekolah di sekolah elite.”
Minho meringis. Kai itu dulunya satu geng motor dengan
Minho. tapi sejak geng motor itu bubar, Minho dan Kai jarang bertemu. Kai itu
mantannya Suzy, Minho juga mengetahui itu tapi ia tidak ambil pusing, baginya
masa lalu ya masa lalu. Tapi dari antah berantah Suzy datang dan memeluk Minho.
“Chagi, ternyata kau disini aku mencarimu dari tadi.” Ucap Suzy
sambil memonyongkan bibirnya. Sebelum Minho sempat menjawab pandangan Suzy
sudah beralih ke cowok yang sedang hadap-hadapan dengan Minho.
“Kim... Jong.. In,” panggilnya lirih.
“Eoh annyeong Suzy masih mengingatku?” Kai tersenyum.
Suzy hanya memandangi Kai dengan tatapan awkward dan
terbujur kaku.
“Ciye yang masih ingat mantan.” Goda Minho sambil menjawil
dagu Suzy. “Ani, aku Cuma kaget dia disini. Kamu pindah sekolah?” Kai hanya
mengangguk. Semua cewek yang ada di kelas mengintip keluar begitu juga yang ada
di luar semua pandangan tertuju pada Kai. Karismanya sudah mampu menggoda
cewek-cewek disini. Merasa diperhatikan Kai hanya melempar senyum kepada para
cewek-cewek.
Seketika mereka pada “Ah, dia tersenyum padaku.”
“Wah jong in sepertinya lo akan jadi the next most wanted
boy disini dong.” Ucap Minho memecah keheningan. Suzy masih memegang erat
tangan Minho.
“Alah aku selalu nomor 2, lo itu yang jadi nomer satu mulu.”
Minho tersenyum kecil.
“Gue cabut dulu ke kantor guru ya bro.” Pamit Kai sambil
menepuk pundak Minho. “Suzy, aku pergi dulu ya.”
Suzy terbangun dari lamunanya. “Eoh, emm.”
***Kai POV***
Finally, aku berada disini. Kai berjalan menuju ke kantor
guru. Langkahnya terhenti ketika ia berpapasan dengan gadis cupu yang memakai
seragam seperti karung karena ukurannya besar banget, tinggi, putih, rambutnya
dikepang dan memakai kacamata tebal. Kai tersenyum kepada cewek itu, tapi cewek
itu hanya membungkuk ke arah Kai.
Cewek ini aneh banget, biasanya semua cewek bakal tersenyum
juga jika ia tersenyum. Tapi dia malah langsung menghindar. Kai jadi penasaran
siapa cewek itu.
***Sulli POV***
Begitu bel sekolah berbunyi, Sulli langsung meninggalkan
kelas secepatnya dan jangan sampai bertemu siapapun. Saat ia sudah berada di
luar sekolah, Sulli merasakan sesuatu sedang mengikutinya. Ia mencoba berbalik
badan tidak ada siapapun, tapi ia bisa merasakan seseorang sedang memegang
pundaknya dan ia mendengar jelas sekali orang tak tampak itu berbisik.
“Hati-hati.”
Sabtu, 14 Desember 2013
BLOOD
Behind The Mask
Chapter 2
“BLOOD”
***Sulli POV
Mungkin bagi kalian yang seneng nonton film Superman,
Batman, Spiderman, Wonderwoman, cat woman, semuanya yang serba man-man itu
terlihat hebat banget. Bisa nyelamatin banyak orang, punya kekuatan super.
Clark kent misalnya bisa ngelihat tembus pandang, Spiderman bisa seperti
laba-laba manjat dinding dengan tangan telanjang. Tapi kalian bakal berfikir 2
kali jika kalian benar-benar memiliki kemampuan itu.
Sebenarnya enak memiliki kemampuan super hero. Bisa nolongin
orang, tapi kalian tau nggak kalo sebenarnya itu siksaan. Aku misalnya. Aku
tidak tau dari mana kekuatanku berasal, aku terlalu banyak memiliki kekuatan.
Aku seorang mind reader, aku mampu membaca pikiran orang hanya dengan menyentuh
tangannya. Melihat apa yang sedang dipikirkan seseorang layaknya aku menonton
bioskop.
Aku memiliki kemampuan fotografis. Aku bisa mengingat sesuatu dan parahnya tidak
akan pernah bisa melupakannya. Sebenarnya pemikiran setiap orang itu seperti
lembaran foto yang tertumpuk. Hanya saja kadang tumpukan itu tidak bisa digali
lagi, dan menyebabkan orang itu berkata LUPA. Kemampuan fotografis ini lah yang
menyebabkan aku terus menjadi juara kelas tanpa harus belajar.
Bukannya aku harusnya bangga? Tidak. Sejak aku memasuki
sebuah organisasi rahasia di Korea bernama “Hunter” aku terpaksa menutupi
identitasku sebenarnya. Organisasi ini mengatasi penjahat-penjahat misterius
yang sekarang ini sedang menjadi top news di Korea. Dulu aku pernah berhadapan
dengan seseorang bernama Jin Hyun. Dia memiliki julukan The Pain Sender,
sebenarnya ia tampan tapi ia adalah orang yang tidak punya hati nurani.
Ia membunuh siapapun yang menjadi saingannya. Mungkin ia
tidak secara brutal membunuhnya, tapi dengan meminum darahnya sendiri ia mampu
membuat orang yang ia pegang terjangkit penyakit aneh dan hanya dalam hitungan
menit. Dan aku adalah mangsa baginya. Aku memiliki suatu kelemahan yang
bernamakan Pain Touche. Aku bisa merasakan penyakit orang lain. Apalagi jika
sampai aku bersentuhan lama dengan mereka, mataku berubah menjadi merah dan
tidak tau darimana hidungku dan mulutku mengeluarkan darah.
Sejak aku memasuki organisasi “Hunter” aku mengubah ID
Cardku. Namaku sebenarnya adalah Choi Jinri tapi di dunia nyata aku dipanggil
Sulli. Aku mengubah penampilanku menjadi super cupu, agar tidak ada penjahat
yang bisa mengenaliku. Dan its work.
Aku bersekolah di Asia Pasific International School melalui
beasiswa. Sekolah ini begitu megah, gerbang otomatis, absen otomatis dan ketika
di kantin kita harus memakai student card. Tapi yang aku tidak suka dari
sekolah ini adalah seorang cewek yang merasa dia adalah ratu di sekolah ini,
dia Bae Suzy. Wanita yang meneriakki karyawan hanya gara-gara sepatu yang ingin
ia beli sudah aku beli.
Tsk, ia berjalan bak ratu. Semua mata lelaki tertuju
padanya. Kuakui dia cantik, tapi dia termasuk siswa yang bodoh. Ia jarang
belajar, di kelas kerjaannya hanya dandan. Tugas pun tidak pernah membuat dan
selalu maksa kacung-kacungnya untuk membuatkan tugasnya. Bukannya wanita itu
cantik dari dalam hatinya. Bukan aku iri dengannya, tapi penilaian seorang
cewek dan cowok itu beda. Cowok memandang cewek karena paras dan bodynya.
Sementara cewek memandang cewek melalui tatapannya dan tingkah lakunya. Suzy
isnt my favorite. Hari ini adalah kelas matematika, dan guruku bernama Eunhyuk
seonsaengnim dan sumpah dia itu orangnya boring pake banget.
“Jadi anak-anak sekarang kita akan mempelajari bab Integral.
Contoh misalnya f(x) = 2x + 1 jika diintegralkan maka hasilnya adalah x2+c..”
Seboring apapun aku masih punya hati nurani untuk merhatiin.
Kasihan juga kan, toh kita sekolah untuk memperhatikan guru, maksudku bukan
gurunya tapi pelajaran yang diampu. Sulli mulai mencatat apa yang dicatat
Eunhyuk di papan tulis. Sementara itu di lain sisi Suzy sedang dengan asyiknya
memandangi kaca kecil yang ia bawa sambil ketawa-ketiwi. Suara ketawa Suzy
membuat Sulli terganggu. Bisa nggak sih cewek ini diam. Kalo bukan karena Sulli
ingin menutupi identitasnya mungkin sudah ia gampar si Suzy ini.
Teng-teng-teng. Bel pelajaran selesai, saatnya istirahat.
Sulli memilih untuk memakan bekalnya di kantin sambil membawa buku Biologi. Ia memilih
duduk di kursi paling pojok dan tidak ada satupun orang yang mau menghuninya.
“Hello, Everybody.” Teriak Suzy
Huh cewek itu kenapa sih selalu aja teriak-teriak, cari
perhatian. Ketika Suzy mengetahui singgasana (tempat duduk di kantin maksudnya)
nya diduduki oleh orang lain mulailah dia menjadi drama queen. Suzy mulai
berkacak pinggang dan menatap cewek itu dengan muka kejam.
“Hello, tau nggak ini tempat duduk gue.”
Cewek yang diajak omong Suzy hanya diam dan menunduk
“Bisa nggak minggir,”
“Tapi,”
“Tapi apa? Denger ya kalian semua gue ini Queen Suzy. Kalian
tau kan semua cowok bakal klepek-klepek sama gue. Kalo kalian para kaum hawa
berani ngelawan, mau jomblo seumur hidup karena cowok kalian gue embat?”
Cewek itu akhirnya pergi dari tempat duduk yang dipinginin
Suzy. Melihat pemandangan itu Sulli jadi tidak nafsu makan di kantin. Ia memilih
pergi ke taman sekolah yang luas dan sejuk itu. Sulli duduk di bangku dan
merasakan angin yang menerpa wajahnya. Ah sejuk sekali. Sulli kembali membaca
saat seseorang mengagetkannya.
“Hai,” sapa suara namja itu. Sulli menurunkan buku yang
sedang di bacanya. Ah ternyata Minho, kenapa sih dia terus saja menganggu Sulli
padahal Sulli suka kesendirian.
“Minggir minggir.” Usir Sulli
“Lhah kenapa suruh minggir? Lo kira ni taman punya nenek
moyang lo?” Minho jadi sewot.
“Terus kenapa kalo iya? Terus kalo bukan kenapa?” ucap Sulli
ganti lebih sewot. Minho memicingkan mulutnya sambil ngomong ga jelas.
“Dasar songong, gue panggil cupu aja lo.”
“Silahkan, gue ga tersinggung.” Ucap Sulli sambil membaca
bukunya lagi.
“Yaudah cup sana minggir,” oh sial dia beneran manggil Sulli
cupu. Sulli memutuskan untuk memanggil minho tiang listrik karena dia tinggi
dan kulitnya kecoklatan.
“Lo tik yang minggir, kan gue yang dateng duluan.”
“Apaan tik? Nama gue Minho tau.”
“Gue mau panggil lo tik kok, tiang listrik.” Minho
memutarkan matanya sambil memanyunkan mulutnya.
“Yaudah gue cabut aja disini malah berantem terus sama lo
cup. Jangan kangen sama gue ya.”
“Idih, amit-amit.” Ucap Sulli yang menjulurkan lidahnya
kepada Minho yang menyunggingkan senyum mempesona yang seharusnya bisa membuat
melting cewek-cewek dan sayangnya tidak mempan bagi Sulli.
***malam hari
Saat di sekolah kalian bisa membayangkan Sulli jadi cupu. Tapi
ketika dia sudah harus menjalankan pekerjaannya tak ada seorangpun yang akan
menganggapnya cupu. Sulli hendak pergi ke kantor “Hunter” karena dia tidak
memiliki pekerjaan di rumah dengan memakai pakaian serba hitam dan mengenakkan
topeng. Ia mengendarai motor ninja CBR (Bayangin kerennya Sulli jadi genk
motor). Dengan laju tinggi ia mengendarai motornya.
Sesampainya disana, kantor sepi. Iya hari ini tidak ada
jadwal berkumpul tapi kemana satpam itu pergi? Biasanya ia selalu jaga di pos,
tapi kok kosong. Sulli memasuki ruangan Hangout Hunter. Sepi sekali. Sulli keluar
dari ruang utama menuju gudang, ia masih bertanya-tanya di mana satpam itu. Dan
saat Sulli melewati gudang ia mendengar rintihan. Ia membuka pintu itu, ya
tuhan gelap sekali. Sulli mencoba menyalakan tombol lampu tapi tidak menyala.
Ia melihat satpam yang biasa berjaga bernama Yong Hyun
tergeletak seperti orang sekarat. Ia kejang-kejang. Sulli mendekati satpam itu,
matanya merah. Pisau tajam menancap di pundak dan kepalanya. Siapa pelakunya? Sulli
menelfon Hyun Woo meminta bantuan karena Sulli tidak berani memegang seseorang
yang tersakiti, ia bisa lemah seketika.
“Oppa,”
“Mwo Ssul?”
“Tolong cepat datang ke kantor, Yong Hyun ajusshi. Ia dibunuh.”
Hyun Woo langsung mematikann ponselnya dan menuju ke kantor.
Saat Sulli hanya bisa memandangi satpam itu, ia tak sadar seseorang ada di
belakangnya. Tapi saat ia merasa sesuatu akan menjatuhinya, Sulli menoleh ke
belakang. Seseorang dengan topeng hitam dan hanya terlihat matanya membawa
pisau. Ia mengarahkan pisau itu ke arah Sulli tapi dengan sigap Sulli mengelak.
Sepertinya dia bukan musuh berbahaya bisa dilihat dari gerkannya yang gegabah. Penjahat
itu terus menyerang Sulli.
Sulli memasang kuda-kuda, saat penjahat itu lengah ia
menendang lututnya sampai ia membungkuk. Sulli menendang lagi tangannya yang
memegang pisau. Pisau itu terpental, penjahat itu mendorong Sulli begitu kuat
lalu mengambil pisau itu. Dan saat ia mengambil pisau, Sulli meninju kasar
mukanya dan mengarahkan tendangan ke mukanya.
Penjahat itu menyiratkan mata kemarahan, ia dengan sigap
mengarahkan pisaunya ke pundak Sulli, jadilah jaketnya robek dan keluar darah. Sulli
merasa kesakitan, tapi ia mencoba menahannya. Mencakar tangan si penjahat dan
mengambil alih pisau. Saat perkelahian itu berlangsung sengit, pintu terbuka.
Hyun Woo datang. Penjahat itu kebingungan ia berlari begitu melihat Hyun Woo
dengan tatapan serigalanya. Hyun Woo menelantangkan kakinya untuk menjegal
penjahat itu.
Ternyata Hyun Woo datang sambil membawa teman-teman lain
dari geng “Hunter”. Seketika mereka membawa penjahat itu keluar. Hyun Woo
langsung lari ke arah Sulli.
“Sulli, gwaenchana?” belum sempat menjawab Hyun Woo melihat
pundak Sulli yang berdarah itu. “Kau terluka, sudah ku bilang berapa kali kalau
kau ke sini kau harus menelfonku terlebih dahulu.”
Sulli tersenyum “Mianhae, aku tidak akan mati hanya
gara-gara darah dari pundakku kan. Yong Hyun Ajusshi, dia butuh bantuan.”
Hyun Woo teringat, ia melihat satpam itu sudah terbujur
kaku. Oh dia mengerikan sekali pisau itu begitu tajam sampai bisa menembus
pundak dan kepalanya. Ia mengangkat satpam yang terbujur kaku itu, sementara
Sulli mengikutinya keluar. Hyun Woo menekan beberapa tombol beigtu sampai di
depan gerbang. Kantor bertuliskan “Hunter” itu tiba-tiba berubah rata dengan
tanah. Hyun Woo menyerahkan satpam itu kepada temannya yang tadi membawa
penjahat itu.
“Bawalah dia ke rumah sakit untuk di otposi. Dan atasi
penjahat itu, interogasi dia.”
Hyun Woo mengambil sesuatu dari mobilnya, sebuah alat P3K.
“Duduklah di sini.” Hyun Woo mengobati luka Sulli. Ia membalut
bahu Sulli dengan perban. Hyun Woo adalah satu-satu orang selain mama Sulli
yang perhatian dengannya. “Oppa gomawo.”
“Kau berhentilah membuatku khawatir, arasso? Jika kau ingin
pergi kemanapun dan tidak ada teman aku akan selalu ada untukmu.”
Sulli tersenyum, bagaimanapun ia bersyukur memiliki Hyun Woo
sebagai Oppa nya.
***Di sekolah
Hari ini Suzy ijin tidak berangkat karena harus mengikuti
sebuah lomba modelling. Sementara itu Minho yang kesepian menunggu seseorang
bertampang cupu. Entah kenapa Minho ingin sekali menganggunya. Ia sudah
melendetkan diri di dinding selama 20 menit. Dan barulah Sulli muncul dengan
muka bete melihat Minho.
“Pagi Cup.” Sapa Minho. tapi Sulli mengabaikannya dan ia
menyentuh pundak Sulli yang terluka.
“Ouch,” rintih Sulli. Minho bisa merasakan sebuah perban
membalut bahunya.
“Kamu kenapa Cup? Habis ketimpuk apa kok sampai di perban
gitu?”
“Mimpi buruk, karena gue mimpiin elo jadinya gue kaya gini.”
“Eh ciye mimpiin gue.” Goda Minho sambil menyentuh dagu
Sulli yang kemudian diusap Sulli. “Biasanya cewek pada seneng lhoh mimpiin gue.”
“Tapi gue nggak tuh,”
“Berarti lo nggak normal.”
“Biar aja nggak normal, lo kenapa sih tik pagi-pagi di depan
kelas bukannya masuk. Jangan-jangan lo kangen gue ya? Atau lo suka sama gue ya?”
sekarang ganti Sulli yang menggoda.
“Idiih, ga banget. Eh denger ya cup kalo sampe gue suka sama
lo, gue bakalan lari-lari sambil pake boxer bergambar hati di Han River.”
“Eh lo kalo ngomong ati-ati tik, ntar kejadian bener.” Minho
menyunggingkan senyum dan mengibaskan tangan kanan di depan mukanya. “Alah yang
ada ntar lu yang kesengsem sama gue.”
Terimakasih buat para readers <3. Terus baca dan share
ya, oh ya yang menunggu KAI besok dia ada di Chapter 3
Sabtu, 07 Desember 2013
Behind The Mask Chapter 1 "THE INVISIBLE GIRL"
BEHIND THE MASK
CHAPTER 1
“Invisible Girl”
***Minho POV***
Kenapa selalu begini. Tiap aku masuk sekolah, semua cewek di
sekolahku pasti teriak-teriakin namaku. Sumpah itu annoying banget. Tapi harus
gimana lagi, aku orangnya itu suka nggak enakan. Jadi aku terpaksa tersenyum
kepada mereka semua. Kalian tau nggak, garing banget nih mulutku. Dan satu lagi
ada cewek genit dan tingginya Cuma sebahu aku. Dengan muka genit nyamperin aku
sambil bawa kotak coklat yang kayanya mahal.
“Oppa, ini buatmu.” Ucap gadis pendek itu malu-malu.
Saat aku hendak mengulurkan tanganku untuk menerimanya.
Seseorang berdehem
“Ehm, eh lo ga tau dia pacar siapa? Perlu kenalan sama Queen
Suzy?” ucap Suzy sambil melipatkan tangan di depan dadanya.
Gadis itu menarik coklatnya kembali. Ia berjalan mundur. Aku
yang malu langsung menarik tangan Suzy. Oh ya bagi kalian yang belum tau. Suzy
adalah pacar aku. Kita baru aja jadian, emm sekitar 4 bulan. Mungkin dari
percakapan tadi, menurut kalian Suzy adalah cewek yang sinis dan kasar. Yah everybody have a dark sidekan. Tapi aku
mencintai Suzy dengan seluruh hatiku *elaaah
Suzy itu the most wanted girl disini. Siapa sih yang ga mau
pacaran sama dia? Mata kucing, senyumannya manis, bodynya yahud. Pasti deh semua
cowok klepek-klepek. Meski sainganku diluar sana banyak, tapi untungnya Suzy
setia ama gue. Back to story
“Suzy, sudahlah nggak perlu marah-marah terus. Nggak guna,”
ucapku selembut mungkin.
“Terus mau lo gimana? Gue mesti sabar terus gitu ngeliatin lo
dideketin cewek lain.”
“Ih kalo marah lucu banget, bibirnya manyun gitu.” Dan
akhirnya Suzy bisa senyum juga. Aku memegang tangan Suzy.
“Chagiya denger ya, berapapun jumlah cewek di dunia ini.
Meskipun aku kelihatan care sama mereka, aku Cuma sayang sama kamu.” Ucapku
tulus.
Suzy tersenyum. “Geurae, Chagiya nanti antar aku ke mall ya.
Ada koleksi baju dan sepatu baru nih.”
Aku hanya mengangguk.
***
Selesai ngobrol dengan Suzy. Aku masuk ke kelasku yang
ternyata masih sepi. Yaah ini kelas Sejarah ga banyak yang suka sejarah karena
mereka bilang ini pelajaran membosankan. Bahkan pernah fangirlku yang berjumlah
ratusan ngikutin kelas ini dan hanya dalam 1 hari mereka mati bosan hahaha. Aku
menikmati kesendirianku di kelas, saat gadis cupu memasuki kelas. Sumpah deh
dia cupu banget, roknya panjang melebihi lutut. Bajunya kebesaran, kacamatanya
tebel, kaos kakinya panjang, dan ampun itu sepatu kusut banget. Bajunya
dimasukin dan kelihatan ikat pinggangnya yang besar. Serta jam secondhand yang
besar banget di tangannya yang kecil. emang dia nggak ngerti fashion apa.
Asian Pasific International School dikenal bukan karena
hanya biayanya yang mahal. Tapi fashion para muridnnya yang hebring juga sering
jadi trending. Tapi cewek satu ini sumpah deh ya tuhan kenapa lo cupu banget
sih. Dia ngeluarin buku sejarahnya yang tebel-tebel. Kayanya buku itu ga
bergambar. Meski aku seorang pencinta sejarah tapi aku ga segitunya juga. Aku
coba menarik perhatian cewek super cupu itu.
Aku sobek kertas buku sejarahku selembar. Aku remet-remet
lalu aku lemparin ke arah cewek cupu itu. Tapi dia nggak nanggepin, dia ngambil
kertas yang aku sobek, kemudian berjalan seperti robot menuju tempat sampah dan
kembali ke tempat duduknya melanjutkan kegiatannya tadi. Ini cewek mati rasa
atau emang nggak punya indera perasa, karena aku penasaran aku deketin cewek
cupu itu dan duduk di depannya.
“Hai!” sapaku begitu duduk di depannya. OMG! Dia putih
banget, aku berasa seperti kopi yang berenang di atas lautan susu. Dia hanya
memandangku dengan tatapan blank. Dia itu manusia atau bener-bener robot sih.
“Kamu murid baru ya? Siapa namamu?” tapi dia nggak jawab.
“Namamu siapa?” tanyaku lagi.
Cewek cupu itu melepas name tag nya dari seragam. 최설리, jadi namanya Sulli. Eh bentar kayanya aku pernah denger nama ini
deh. Dimana ya? Koran? Tivi? Radio? Merek roti? Yah jadi ngawur. Aku berfikir
keras. Ting!
“Eh kamu ternyata Sulli yang peringkat
1 paralel itu ya?” tanyaku. Dia hanya
mengangguk dan terus menatap bukunya. Demi tuhan cewek ini udah cupu, dingin,
hawanya misterius lagi.
“Kenalin namaku Minho. bolehkan kita
jadi temen?” ucapku sambil mengulurkan tangan. Tapi dia tidak mengulurka
tangannya, aku akhirnya menarik tanganku lagi.
“Sombong banget sih.” Ucapku frontal
Dan akhirnya dia ngomong “Aku disini
bukan mau nyari temen. Aku disini mau belajar dan dapet nilai bagus. Sori”
***Di Mall bareng Suzy
Sumpah capek banget dari tadi ngikutin
pacar gue yang fashionmania. Naik turun escalator, ngelilingin Mall segini
gede. Mana belanjaannya setumpuk lagi. Untung dia pacar gue.
“Chagi, kita ke toko sepatu yuk. Aku
tadi lihat sepatu sneakers buat sekolah bagus belii yuuk.” Pinta Suzy sambil
melakukan aegyo.
“Iya-iya ayuuk.”
Surga nya cewek ini pasti. Sepatu
warna-warni tersususn rapi di atas rak. Sambil menunggu Suzy berenang ria di
dunianya. Aku juga ikutan nonton-nonton sepatu cewek. Dan saat aku tiba di rak
sepatu yang warnanya serba hitam aku teringat cewek cupu yang cupunya
kebangetan itu. Siapa sih namanya tadi Choi.. Choi.. Choi siapa ya? Ah iya Choi
Sulli. Padahal Sulli kan artinya bunga, tapi dia lebih kaya duri kusam gitu
deh.
Aku jadi inget sepatu bututnya. Ya
tuhan sepatu itu udah kaya setahun gak dicuci. Butut banget, apa mungkin dia
anak orang biasa ya? Jadi dia harus ngirit dan nggak bisa beli sepatu. Kasihan.
Ah kenapa aku jadi mikirin dia sih? Emang dia siapa gue? Kenal aja baru tadi,
mana orangnya dingin banget pula. Elaah
“BAGAIMANA BISA UDAH SOLD?!” teriakan
Suzy mengalihkan perhatianku. Ooh something bad happen here
“Maaf kak, tapi moto kami siapa cepat
dia dapat.”
“Ya lo tau nggak kalo aku udah ngincar
sepatu itu sejak kemaren. Coba lo diposisi gue, mau marah nggak? Panggil Manager
lo! Cariin gue sepatu itu sekarang juga.”
Karyawan itu hanya diam saja. Ia sepertinya
malu sekali. Haduh Suzy kenapa pake keributan segala sih. Malu-malu in banget. Tiba-tiba
dari pintu masuk, gadis tak fashionable datang sambil membawa tas belanjanya.
“Kau mau sepatu ini?” ucap gadis itu
kepada Suzy.
“YA!”
“Ambillah, dan berhenti berteriak.” Ucapnya
lalu meninggalkan Suzy.
Suzy hanya terdiam kaku melihat gadis
itu. Mungkin dia seram melihat penampilannya yang cupu. Eits tunggu, sepertinya
aku kenal dengan gadis cupu tadi. Ah pasti dia Sulli, tapi jika ia berasal dari
keluarga biasa bagaimana bisa dia membeli sepatu mahal ini.
“Chagiya, sebentar ya aku mau ke
toilet.”
Sebenarnya aku tidak ke toilet, tapi
aku menghampiri Sulli. Siapa sih dia sebenarnya? Mistis banget.
“Ya, Choi Sulli.” Teriakku.
Dia berhenti berjalan.
“Kamu baru saja membeli sepatu itu?”
Sulli hanya mengangguk.
“Darimana kamu dapat uang itu? Kau anak
orang kaya ya? Em tapi kok..”
“Aku bukan anak orang kaya. Aku menabung
untuk membeli sepatu, dan aku bising mendengar wanita berteriak tidak sopan di
depan karyawan.”
“Ya, kenapa kamu mengatai pacarku
tidak sopan!”
“Oh jadi cewek bising itu pacarmu. Cocoklah
sama-sama bising.” Dan belum sempat aku menjawab Sulli sudah berjalan cepat dan
tak berhenti meski aku memanggil namanya.
***Sulli POV
Aku baru saja membeli sepatu sneakers
yang hanya dikeluarkan 1pasang saja. Sepatu itu begitu menarik hati dan aku
langsung membelinya. Dan disaat aku berada di luar sambil membaca buku “The
Davinci Code” seorang cewek sedang meneriakki karyawan disitu. Dasar tidak tahu
malu. Dia memarah-marahinya hanya gara-gara sepatu yang aku beli. Aku merasa
kasihan dengan karyawan itu, aku buru-buru ganti baju dan memakai kacamataku
lalu aku memberikan sepatu yang baru saja aku beli kepada cewek bising itu.
Cewek itu terdiam kaku melihatku. Bukan
karena takut, tapi lebih karena merendahkan. Dia menganggap aku cewek “yang-ewh-banget”.
Ketika aku berjalan keluar, seorang cowok memanggilku, oh itu Choi Minho yang
tadi pagi mengangguku. Dan langsung menghujaniku dengan pertanyaan tidak
penting.
“Kamu baru saja membeli sepatu itu?” tanyanya
penasaran.
“Darimana kamu dapat uang itu? Kau anak
orang kaya ya? Em tapi kok..”
“Aku bukan anak orang kaya. Aku menabung
untuk membeli sepatu, dan aku bising mendengar wanita berteriak tidak sopan di
depan karyawan.”
“Ya, kenapa kamu mengatai pacarku
tidak sopan!”
“Oh jadi cewek bising itu pacarmu. Cocoklah
sama-sama bising.”
Aku tidak suka berdebat apalagi di
muka umum. Aku langsung meninggalkannya meski aku dipanggil berkali-kali
olehnya. Ya tuhan kenapa masih ada aja orang yang berarguemen tentang masalah
yang tidak penting.
“Psst..”
Aku mencari-cari arah suara itu. Dan tiba-tiba
sebuah tangan besar menutupi mataku. Dengan refleks aku menginjaknya dengan
keras.
“Aww..”
“Oppa, ternyata itu kau.” Ucapku begitu
melihat Hyun Woo Oppa.
“Sepatuku baru tau.”
“Mianhae,” aku meminta maaf kepada Hyun
Woo Oppa.
“Oppa bagaimana bisa tahu ini aku?”
aku bertanya penasaran, aku sudah dandan total untuk menjadi cupu.
Hyun Woo nyengir, “Gimana aku nggak
hafal sama kamu ssul. Kita sudah dekat selama 3 tahun. Dan penyamaranmu itu
kurang ngena deh. Kamu dandan cupu gitu aja jalanmu anggun banget, kelihatan
kaya putri bangsawan.”
Pfft. Mau gimana lagi kalo dari kecil
emang aku jalannya udah disetting kaya gitu.
“Oh ya oppa, sebenarnya ada apa Oppa
ke sini?” Hyun Woo Oppa mengambil sesuatu dari kantongnya dan menunjukkan sebuah
foto mayat.
“Dia beraksi lagi.”
“Sebenarnya apa motif dia sih?”
“Kita ssul.”
“Kenapa kita?”
“Kau tau organisasi kita diisi
orang-orang kuat. Tidak pernah ada yang menandingi kita, kita telah membekku
banyak penjahat dan koruptor. Apalagi kamu, kamu idaman para pria dari
organisasi lain, tapi dibalik kecantikanmu, kamu menyimpan kekuatan yang tidak
ada tandingannya yang justru kadang membahayakan dirimu. Dan aku curiga
penjahat ini ingin menyakitimu.”
“Jika begitu kenapa dia harus membunuh
orang lain?”
“Dia itu haus darah, semakin banyak
yang ia bunuh semakin kuat ia nantinya. Dan hati-hati dia bisa membahayakan
orang-orang sepertimu yang memiliki kemampuan pain touche.” Hyun Woo Oppa
memegang tanganku dan meletakkan tanganku di pahanya.
“Satu-satunya orang yang bisa
melindungimu adalah The Healer. Tapi di generasi ini, belum satupun yang
mewarisi itu. Jadi..”
“I will the one who protect you.”
Langganan:
Postingan (Atom)